Kontak Person

Phone: 08122624412

BANK
Acc. Bank Mandiri Surakarta No.138-00-0689319-7 a.n. Supawi Pawenang;
Acc. BPD Jateng Cab. Surakarta No.2-002-11942-5 a.n. Supawi Pawenang;

Sabtu, 27 April 2013

Anakku, Perlu Kau Tahu Struktur Kesadaran Manusia

Anakku, Perlu Kau Tahu Struktur Kesadaran Manusia Oleh: Supawi Pawenang Anakku… Tentang struktur kesadaran manusia… Sigmund Freud punya teori.. Kau bisa membacanya…agar kau mengenalnya… Freud menunjukkan ada tiga peran… Id...Ego…Superego… Id…adalah peran kecondongan irasional.. Perihal nafsu, insting, juga kebutuhan spontan Seperti haus, lapar, sex, agresi… Itulah perannya Id… Ego..berperan sebagai kesadaran subyektif… Tentang kedirian yang mengerti… Seperti…mengambil sikap, merasakan, berkehendak, bertindak… Itulah ego…maka ia dibilang…aku sadar…. Superego…berperan sebagai perasaan bersalah ketika melanggar.. Baik yang disebabkan oleh Id..ataupun oleh Ego… Superego bisa bercorak halus Yang memunculkan diri otonom (Kant) Bisa bersifat keras dan kaku… Yang memunculkan diri heteronom (Kant) Superego yang keras dan kaku ini Yang bisa menyebabkan diri teralienasi Karena ego tidak bertindak secara rasional… Melainkan karena tunduk oleh superego… Bisa juga menyebabkan neurosis..penyakit psikis Akibat internalisasi tidak diintegrasikan… Anakku… Superego itu timbul karena pembatinan…internalisasi.. Internalisasi atas lingkungan… Juga atas hal-hal seperti perbuatan, fikiran, dan perasaan Superego juga bisa timbul karena kekaguman atau iri hati terhadap orang tua Atas yang ini Freud bilang Ideal Ego…Ego yang dicita-citakan.. Ideal ego ini proses batin yang mengatasi Ego. Anakku… Ego sendiri berhadapan dengan realitas luar… Seperti alam dan manusia lain… Juga dengan Id dan Superego… Yang disebut realitas batin… Namun…anakku…. Superego bukanlah suara hati…berbeda… Superego hadir secara otomatis menghantam Id dan Ego Suara hati didasari kesadaran rasional dan obyektif Juga didasari kewajiban… Maka…menimbulkan kesadaran moral orang dewasa… Tentang ini..anakku… Boleh kau mengatakannya sebagai Ego… Karena..toh…pengertian adalah kemampuan ego… Oleh: Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Akhir 2011

Anakku, Kenalilah Diri Kemanusiaanmu

Anakku, Kenalilah Diri Kemanusiaanmu oleh: Supawi Pawenang Anakku… Coba kau perhatikan masyarakat dalam menilai seseorang… Hampir semua didasarkan pada... Sikap dasar dan keputusan sehari-hari seseorang itu.. Penilaian sikap dasar ini sifatnya kumulatif… Terus menerus… Yang didasarkan pada konsistensi menuju keutamaan.. Menuju Arete…menuju Virtues…begitu istilahnya Terkait keputusan sehari-hari… Ada ruang dan waktu yang tak saling dilepaskan Dalam ruang…kau bisa berada di mana-mana… Dalam waktu…itu bisa masa lalumu… Yang tak dapat kau kuasai lagi… Bisa masa sekarang.. Itulah masa yang engkau kuasai dan kau berada.. Bisa masa yang akan datang.. Dimana engka belum tentu bisa menguasainya… Maka…anakku… Sadarlah akan kedirianmu… Bahwa kamu (manusia) tak akan mampu seratus persen dalam kebenaran Bahwa kamu (manusia) tak akan mampu seratus persen dalam kelurusan Anakku….Kenalilah Diri Kemanusiaanmu… Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Akhir 2011

Anakku, Kembangkanlah Suara Hati

Anakku, Kembangkanlah Suara Hati Oleh: Supawi Pawenang Anakku… Jika kau ingin mengembangkan suara hati… Mulailah dari titik pangkal moral… Namun kau harus hati-hati… Karena disitu biasanya muncul bias… Selisih paham, kepentingan, niat jelek, dan sebagainya… Anakku… Jika kau ingin mengembangkan suara hati… Awali dengan mendidik suara hati… Dimensinya kembangkan hingga ranah kognitif juga afektif Agar kau dapat mengambil jarak untuk menilai kebenaran… Agar kau dapat menilainya dengan kekritisanmu… Sehingga…makin sesuai dengan norma moral obyektif Dan relevan dengan struktur persoalan… Anakku… Kau harus terbuka dan legawa terkait suara hati… Kau harus ingat pula bahwa suara hati juga bisa keliru… Namun..di dalam suara hati itu ada juga kemutlakan.. Yang sering kali diistilahkan dengan suara Tuhan… Anakku… Jika kau ingin mengembangkan suara hati… Kau harus perhatikan pula nasihat moral dan tradisi… Terbukalah…dan usahakan berkembang… Bukankah arah suara hatimu adalah tekad moral? Anakku… Tekad moral itu ranah afektif… Wujud dalam rasa… Rasa yang mewujud… Dalam sikap moral dasar… Juga kedalaman makna… Pepatah Tetua bilang… Sepi Ing Pamrih..Rame Ing Gawe… Itulah eksistensialmu…anakku… Anakku…. Coba kau rasakan makna sepi ing pamrih rame ing gawe… Kau temukan tidak tentang…Maksud yang lurus…? Pengaturan emosi-emosi…? Pemurnian hati…? Coba renungkan... Bukankan semua jawabnya senantiasa terkait suara hatimu? Oleh: Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Oktober 2011

Anakku, Untuk Kau Bersikap

Anakku, Untuk Kau Bersikap Oleh: Supawi Pawenang Tentang rasionalistik dan rasional itu… Harus tuntas kau pahami itu anakku… Agar tak ada keraguan dalam kau bersikap… Anakku… Sebelum kau melangkah mengambil sikap Bersikaplah terbuka… Biarkan pendapatmu sendiri dipersoalkan orang-orang Dan…berusahalah mencari jawaban yang terbaik… Kau bisa mempelajari dulu masalahnya… Kau bisa mencari berbagai info yang relevan… Seperti…pendapat lain…atau juga nasihat… Jika kau melakukan itu semua anakku… Kau akan menemukan rasionalitasnya suara hati… Anakku…itu tadi sebelum kau mengambil sikap.. Saat kau mengambil sikap.. Dengarkanlah suara hatimu… Hingga kau menemukan sesuainya kesadaran dengan kewajibanmu Anakku… Mungkin saja yang kau lakukan itu keliru atau dianggap keliru… Lalu kau harus mempertanggungjawabkan… Tetapi secara moral..kau belum tentu keliru… Maka anakku…temukanlah rasionalitasnya suara hati… Maneges, bapak menamainya seperti itu.. Agar kau tak terpuruk dalam keragu-raguan… Anakku…Ingat! Terus dalam keragu-raguan adalah hal terburuk dalam kehidupan Oleh: Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Oktober 2011

Anakku, Rasional itu berbeda dengan Rasionalistik

Anakku, Rasional itu berbeda dengan Rasionalistik Ole: Supawi Pawenang Anakku… Jangan kau samakan rasional dengan rasionalistik… Itu dua hal yang berbeda… Rasionalistik itu sama dengan rasionalisme…. Ia menuntut segala sesuatu yang ada… Harus dapat dibuktikan terlebih dulu kebenarannya.. Tidak boleh percaya begitu saja pernyataan orang.. Tidak boleh percaya secara spontan… Semua harus diuji terlebih dulu… Ah…Apa itu mungkin terlaksana? Cara berfikir seperti itu tak perlu..anakku… Ingat…! Kita ini bukan orang pertama… Rasionalitas kita (manusia) ini jauh lebih dalam Dari sekadar akal yang kita gunakan untuk pertimbangan praktis.. Kau tahu dimana sumber rasionalitas itu…? Ia berada dalam lapisan-lapisan kepribadian yang sangat dalam.. Ia berada dalam rasa… Maka…anakku… cukup bagimu rasional saja Yang penting…Ada keterbukaan Tak perlu pembuktian awal Ada kemauan dan kesadaran untuk pertanggungjawaban Pendapat hati juga perlu dipertimbangkan… Tak hanya akal belaka… Karena…anakku… Di dalam hati ada akal-akal yang tak dapat dipahami akal… Oleh: Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Oktober 2011

Anakku, Pertanggungjawabkanlah Suara Hatimu

Anakku, Pertanggungjawabkanlah Suara Hatimu Oleh: Supawi Pawenang Anakku…mestinya kau sudah paham..bahwa Suara hatimu itu menghasilkan kesadaran dan kebenaran.. Lalu darinya moralitas konkrit perilakumu itu mengejawantah.. Namun…kau jangan kecewa… Ketika orang membantah dan mengatakan…bahwa… dasar tindakanmu itu hanyalah perasaanmu saja… Yang tak bisa dinalar..karena digolongkan tak rasional… Atau mereka berargumen lagi…bahwa… Perasaanmu bukan lebih benar dibanding perasaan pihak lain Maka…anakku…pertanggungjawabkanlah suara hatimu… Mereka yang berpandangan seperti itu banyak… Tak setuju menilai tindakan berdasar suara hati atau perasaan.. Karenanya….etika normatif..yang didasarkan pada suara hati Dianggap mubazir.. Mereka itu tergolong kaum emotivisme… Anakku…coba camkan lebih dalam… Dua pendapat yang berbeda hanya punya satu yang benar Tentu saja...penilaian seperti itu tak hanya perasaan.. Ada rasionalitas yang turut serta… Tentu saja itu juga obyektif… Secara universalnya begitu… Bukankah kebanyakan orang yang mengedepankan perasaannya Adalah juga bersedia diuji secara rasional? Maka…anakku…pertanggungjawabkanlah suara hatimu… Oleh: Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Nopember 2011

Anakku, Gunakan Suara Hatimu untuk Kesadaran Moralmu

Anakku, Gunakan Suara Hatimu untuk Kesadaran Moralmu Oleh: Supawi Pawenang Anakku… Kau adalah titah manusia Yang tak lepas dari lingkungan yang melingkupimu Sebutlah yang pertama itu masyarakat Termasuk ayah-ibu dan seluruh keluarga Guru dan teman-temanmu di sekolah Sesama pemeluk agamamu, teman kerja, Atau… sesama rakyat Indonesia Lalu…ada juga lingkungan ideologi.. Yang mungkin sudah atau belum kau sadari.. Tentang ajaran makna kehidupan.. Tentang kepercayaan.. Tentang apapun…yang intinya… Meyakinkanmu hingga kau bersedia melakukannya… Bahkan..hingga kau mengesampingkan pendapatmu pribadi Anakku… Ada lagi satu lingkungan dari dalam dirimu sendiri… Yang tak boleh kau abaikan… Yaitu…suara batin,…super ego…begitu orang menyebutnya.. Di situ…ada perasaan moral spontan… Yang bisa menunjukkan rasa bersalahmu secara spontan.. Baik ada ataupun tak ada sangsi… Anakku… Sejatinya ketiganya itu menyatu sebagai pertimbangan… Dalam setiap keputusan tindakanmu… Meski begitu…setiap tindakan itu… Secara otonom lebih disebabkan suara hati… Suara hatimu itu yang berbicara tentang kesadaran dan kebenaran.. Sehingga..darinya wujud moralitas konkrit.. Yang bersifat menimbulkan kewajiban… Untuk berbuat yang terbaik… Suara hati pula pusat kemandirian manusia… Karena…ia pangkal otonomi manusia… Piece de resistence…begitu ucapan asingnya… Maka…anakku… Mendengarkan suara hati adalah mutlak… Agar kau tahu… Apakah moralitas tindakanmu itu bersyarat ataukah tidak.. Jika bersyarat..itulah imperative hipotetis.. Jika tak bersyarat…itulah imperative kategoris… Kant yang memberi nama seperti itu… Anakku… Moralitas yang tak bersyarat itulah moralitas mutlak Tak tunduk pada iming-iming kesenangan… Tak ada pula hitungan untung-rugi… Itu merupakan suatu kesadaran untuk berbuat.. Berbuat menurut suatu kewajiban yang muncul dari hatimu.. Berbuat yang betul-betul tanpa pamrih… Sikap hati yang ada…terungkap dalam tindakan lahiriah.. Itulah arti sebenarnya moralitas..anakku… Yang tentu berbeda dengan legalitas… Yaitu…tindakan lahiriah..yang asal sah… Yang hanya sebatas penyesuaian indicator lahiriah belaka… Anakku…ingatlah… Bagi Tuhan…hanyalah hati dan budimu… Oleh: Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Oktober 2011

Anakku, Tentang Kebebasan Eksistensial

Anakku, Tentang Kebebasan Eksistensial Anakku… Kau mungkin bertanya tentang apa kebebasan eksistensial itu? Jawabnya singkat sayangku…yaitu.. Kebebasan untuk bertanggung jawab Tentu saja itu berbeda dengan kebebasan yang tidak bertanggungjawab Anakku… Agar kau mengerti dengan baik tentang kebebasan yan bertanggung jawab Cobalah camkan moral yang didefinisikan Emanuel Kant Tentang moral otonom… Yang merujuk pada bertindak karena sadar Tentang moral heteronom.. Yang taat aturan tetapi tak tahu maknanya.. Coba camkan sekali lagi.. Kenapa orang bisa taat meskipun tak tahu maknanya? Tentu…karena ada hal lain yang menekannya..bukan? Anakku…sebaiknya kau bertindak berdasar moral otonom itu… Bertindaklah dengan kesadaranmu… Karena..itulah manusia sesungguhnya…anakku.. Manusia yang sadar tanggung jawabnya dan bertindak dengan kesadarannya.. Anakku… Bapak tentu tak ingin kau hanya sekedar sadar tanggung jawab… Tetapi kau tak mau tahu tentang tanggung jawabmu itu… Itu artinya…kau tahu tapi tak mau tahu… Lalu berlindung dibalik alasan tak suka, malas, ogah, takut, emosi, dan sebagainya… Jika kau seperti itu…anakku… Sebenarnya kau telah terjajah secara eksistensi… Kebebasan Eksistensialmu terjajah… Kedirianmu tak bebas… lalu…wawasan dan persepsimu menjadi sempit… Juga kekuatanmu akan semakin melemah… Jika kau mengumbar itu… Maka sejatinya kau melanggengkan tindakan yang irrasional… Anakku… Tempuhlah jalur kemanusiaanmu…yaitu.. Kebebasan yang bertanggung jawab… Oleh: Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Oktober 2011

Anakku, Terapkanlah Kebebasan yang Bertanggungjawab

Anakku, Terapkanlah Kebebasan yang Bertanggungjawab Tentu kau sudah paham bahwa… Kebebasan eksistensial itu menjawab tanya kebebasan untuk apa? Dan kebebasan sosial menjawab Tanya kebebasan dari apa? Aku yakin itu… Namun aku juga yakin…bahwa kau akan bertanya lagi… Apakah boleh kebebasan itu dibatasi? Kalau boleh, sejauh mana pembatasannya? Mungkin begitulah pertanyaanmu bukan? Anakku…tentu jawabannya… Pembatasannya harus dapat dipertanggungjawabkan! Nah…untuk itu…kau harus mengukurnya dengan kesadaran.. Ingat…anakku… Adalah hak setiap manusia atas kebebasan yang sama Hak mu, hak ku, dibatasai oleh hak orang lain… Itu artinya… Harus ada keterjaminan hak-hak semua anggota masyarakat.. Itu semua karena..demi kepentingan masyarakat… Oleh karena itu…anakku… Pembatasannya tidak boleh melampaui tujuan.. Juga…harus terbuka dan terus terang… Itu untuk menegaskan…bahwa… Tidak ada yang tidak boleh, kecuali yang dilarang. Tujuannya…agar jangan merugikan hak orang lain. Maka…anakku… Sebaiknya pembatasan itu secara normatif… Bukan membatasi dengan paksaan.. Atau membatasi dengan tekanan… Pembatasannya sebaiknya berdasar perintah dan larangan… Karena..dengannya kebebasan eksistensial tetap dihormati. Begitulah anakku.. Demi kebebasan yang bertanggungjawab. Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Okt 2011.

Anakku, Perlu Kau Tahu Arti Kebebasan dan Tanggungjawab

Anakku, Perlu Kau Tahu Arti Kebebasan dan Tanggungjawab Anakku....ingat... Manusia tak sama dengan binatang... Itu dasar yang kau harus pahami Binatang kuat di instingnya Tapi manusia..yang kuat adalah akal budinya... Akal budi inilah yang menimbulkan pengertian.. Dan juga sebagai dasar tindakan yang masuk akal.. Wujud dari kehendak dan kemauan... Kehendak dan kemauan ini erat berkait dengan kebebasan Anakku...kau tahu apa kebebasan itu? Kebebasan adalah kemampuan untuk menentukan sendiri tindakanmu Namun...karena engkau (manusia) tidak sendirian Maka untuk mendapatkan itu... Harus ada kebebasan dari orang lain... Tentunya...selain kebebasan atas kemampuan dari dirimu sendiri Anakku... kebebasan dari dirimu sendiri... Itulah kebebasan eksistensial Sifatnya positif...dan tekanannya adalah... “Bebas untuk apa?” Di situ...ada kesengajaan untuk melakukan tindakan... Kebebasan jasmani dan rohani..adalah kuncinya... Anakku... Kebebasan dari orang lain..itulah kebebasan sosial... Ia berbeda dengan kebebasan eksistensial.. Karena ia adalah realitas negatif... Ada syarat untuk mendapatkan kebebasan... Karena kebebasanmu terhalang kebebasan orang lain Maka..pokok tekanannya adalah “bebas dari apa?” Anakku...camkanlah! Kebebasan sosial bukanlah kodrat yang bersifat alamiah.. Ia bisa kau selenggarakan...dengan cara..jaminlah... Kebebasan jasmani...yang terbebas dari paksaan.. Kebebasan rohani...yang terbebas dari tekanan Juga kebebasan normatif...yang didasarkan pada perintah dan larangan Agar..otonomi manusia tetap utuh penuh... Perihal adanya perintah dan larangan Bukan berarti menentang kebebasan eksistensialmu.. Karena..kebebasanmu itu tidak hilang... Selama kau tetap pada orientasimu... Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Okt 2011.

Anakku, Lihatlah Pentingnya Etika

Anakku, Lihatlah Pentingnya Etika Anakku…. Kau telah tahu etika penting bagi orientasi kehidupanmu Meskipun sejatinya tak hanya itu fungsinya… Etika sangat penting kau junjung tinggi… Karena peradaban senantiasa berubah… Proses transformasi senantiasa terjadi… Modernisasi itulah bahasanya..dan juga instrumennya… Maka… karenanyalah timbul perubahan sosial.. Muncul ideolog-ideologi baru… Pandangan moral….juga begitu… Budaya juga menuju kebaruan… Maka….hai anakku… Lihatlah dengan jernih fungsi etika itu… Agar kau menemukan dasar kemantapan iman agamamu… Sekaligus kau temukan dasar tindakan perilakumu… Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Okt 2011.

Anakku, Kau Perlu Menjunjung Tinggi Etika…

Anakku, Kau Perlu Menjunjung Tinggi Etika… (oleh: Supawi Pawenang) Anakku, Kau perlu menjunjung tinggi etika Itu penting, karena dengannya itu orientasi ada Dan…dengan orientasi itu kau akan menemukan makna sejati.. Dan..Kau akan mengerti sendiri apa yang harus kau lakukan Dan..kau akan menemukan jawaban tentang kenapa harus begini.. Anakku, ada yang beda antara etika dan moral… Kau harus paham itu… Etika itu sebuah ilmu…bukan ajaran… Etika itu pemikiran kritis tentang ajaran dan pandangan tentang moral.. Etika itu filosofis….jadi…bisa lebih unggul dibanding moral.. Karena etika berusaha mengerti dasar ajaran… Namun etika bisa tak lebih hebat dibanding moral… Karena etika tidak berwenang untuk menetapkan apa yang boleh dilakukan.. Anakku…Etika itu pemikiran sistematis tentang moralitas.. Etika itu untuk kehidupan…bukan kewajiban Etika itu melahirkan pengertian… Jadi…lain…berbeda…dengan moral… Anakku…Moral itu ajaran… Ajaran tentang bagaimana manusia bertindak.. Maka ukurannya baik atau buruk… Dalam kehidupan ia bersifat harus… Dan outputnya adalah kebaikan atau keburukan… Anakku…lihatlah realita kehidupan ini… Dunia semakin berada pada kondisi yang pluralistic.. Kondisi dimana tak ada lagi kesatuan tatanan normatif… Maka…orang-orang pun lantas bertanya… Mana…? Apa…? Mana yang harus kita pedomani..? Apa yang harus kita pakai? Semua lantas cenderung pada relativitas… Saat itulah etika penting… Demi harmoni… Anakku… Kau perlu menjunjung tinggi etika Supawi Pawenang Pondok Pangelmon Pawenang, Okt 2011.

group

  • groups.google.com/group/pangelmon-spiritualitas
  • pangelmon-spiritualitas@googlegroups.com

Bagaimana pendapat anda tentang tulisan ini

Salam Kenal

kunjungi pula blog http://spiritual-pandrik.blogspot.com/