Reward and Punishment: Pandangan Etika dalam Manajemen
Oleh: Supawi Pawenang
Abstraksi
Reward and punishment sering digunakan sebagai kebijakan dalam manajemen. Kegiatan itu mempunyai dasar teori-teori etika, terutama teori etika berbasis behaviorisme. Sebagaimana behaviorisme, ada kelemahan mendasar karena hanya melihat dari sisi luar berupa perilaku yang tampak saja, dan bersifat temporer. Ketika ini dikaitkan dengan nilai etika yang membahas secara total, seperti teori etika tanggung jawabnya Levinas, yang terkenal dengan teori totalitas, dan teori etika Islam, nampak ada ketimpangan. Letak ketimpangannya adalah pada pengakuan unsur metafisika yang digabungkan pula dengan fisika, yang itu tidak menjadi dasar teori etika behaviorisme.
Kata kunci: reward and punishment, behaviorisme, teori etika.
baca selengkanya...
Didirikan oleh Supawi Pawenang. Ia adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Pasca Sarjana Universitas Islam Batik Surakarta, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.Menekuni Filsafat Ekonomi.; Acc. Bank Mandiri Surakarta No.138-00-0689319-7 a.n. Supawi Pawenang; Acc. BPD Jateng Cab. Surakarta No.2-002-11942-5 a.n. Supawi Pawenang
Kontak Person
Phone: 08122624412
BANK
Acc. Bank Mandiri Surakarta No.138-00-0689319-7 a.n. Supawi Pawenang;
Acc. BPD Jateng Cab. Surakarta No.2-002-11942-5 a.n. Supawi Pawenang;
BANK
Acc. Bank Mandiri Surakarta No.138-00-0689319-7 a.n. Supawi Pawenang;
Acc. BPD Jateng Cab. Surakarta No.2-002-11942-5 a.n. Supawi Pawenang;
Rabu, 13 Juli 2011
Epistemologi Keilmuan Teoantroposentrik-Integralistik
Oleh: Supawi Pawenang
Abstraksi
Mainstream keilmuan sekarang ini tidak menunjukkan hubungan moralitas dalam keilmuan itu. Sehingga bisa dikatakan bahwa keilmuan itu mempunyai cacat epistemology juga aksiologi. Sebabnya adalah tekanan keilmuan hanya melulu pada obyek yang tampak, terukur, dan mampu diindera saja. Ilmu selama ini mengabaikan ranah metafisika. Padahal dalam kehidupan manusia senantiasa berhubungan dengan aspek metafisika. Moralitas juga berada didalam ranah metafisika. Maka problem moralitas seperti yang terjadi pada saat ini susah untuk hanya bisa didekati melulu dari ilmu pengetahuan. Peran agama diperlukan untuk mengatasi kelemahan keilmuan saa ini. Penggabungan antara aspek agama dan aspek keilmuan ini yang dinamakan teoantroposentrik-integralistik.
Kata Kunci: teoantroposentrik-integralistik.
Baca selengkapnya
Oleh: Supawi Pawenang
Abstraksi
Mainstream keilmuan sekarang ini tidak menunjukkan hubungan moralitas dalam keilmuan itu. Sehingga bisa dikatakan bahwa keilmuan itu mempunyai cacat epistemology juga aksiologi. Sebabnya adalah tekanan keilmuan hanya melulu pada obyek yang tampak, terukur, dan mampu diindera saja. Ilmu selama ini mengabaikan ranah metafisika. Padahal dalam kehidupan manusia senantiasa berhubungan dengan aspek metafisika. Moralitas juga berada didalam ranah metafisika. Maka problem moralitas seperti yang terjadi pada saat ini susah untuk hanya bisa didekati melulu dari ilmu pengetahuan. Peran agama diperlukan untuk mengatasi kelemahan keilmuan saa ini. Penggabungan antara aspek agama dan aspek keilmuan ini yang dinamakan teoantroposentrik-integralistik.
Kata Kunci: teoantroposentrik-integralistik.
Baca selengkapnya
Langganan:
Postingan (Atom)
group
- groups.google.com/group/pangelmon-spiritualitas
- pangelmon-spiritualitas@googlegroups.com
Bagaimana pendapat anda tentang tulisan ini
Salam Kenal
kunjungi pula blog http://spiritual-pandrik.blogspot.com/